BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

30 Mei 2009

Pentakosta GKJ Cilacap

PENTAKOSTA:

Memelihara Lingkungan dan Merayakan Perbedaan“

Oleh: Pdt. Yosafat AW, SSi

“ Waduh…pangling aku, tak kira bukan pak Pendeta” ucapan itu terlontar dari belasan jemaat pada waktu menjelang ibadah Minggu Pentakosta 31 Mei 2009 di GKJ Cilacap. Rupanya jemaat tidak menyangka kalau yang mereka lihat itu adalah pendetanya. Selidik punya selidik ternyata mereka abai terhadap sosok yang memakai baju sorjan lurik dan sorban ala Kiai Sadrah. Memakai sorjan dan sorban ternyata nyaman juga, selain tidak ribet (dibanding jas dan toga) sorjan juga menunjukkan kesederhanaan sebagai pakaian rakyat kebanyakan pada jamannya. Setelah mereka mengetahui bahwa pria ber-sorjan dan ber-sorban itu adalah pendetanya, barulah mereka memberikan apresiasinya atas penampilan busana yang dipakai dalam ibadah Pentakosta.

Ibadah Pentakosta kali ini memang lain daripada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya tahun-tahun sebelumnya jemaat GKJ Cilacap menyambut dan merayakan Pentakosta dengan lebih banyak disibukkan dengan berbagai macam persembahan. Mulai dari tunai, bazaar makanan dan hasil bumi dan ternak, dan juga persembahan melalui pembelian koin yang selanjutnya bisa ditukar dengan berbagai jenis makanan sesuai dengan nilai koin yang tertera. Terkadang kegiatan “persembahan” tersebut diwarnai dredah atau keributan diantara sebagian jemaat terkait dengan masalah metode dan teknis persembahan dalam rangka Pentakosta ini. Justru hal prinsip dalam perayaan Pentakosta sering terabaikan oleh jemaat. Menurut pemahaman saya Pentakosta adalah hari dimana kita seharusnya merayakan perbedaan (Roh Kudus tercurah atas segala bangsa) dan hari dimana kita peduli kepada pemeliharaan lingkungan (Pentakosta di PL merupakan pesta panen, dihasilkan oleh lingkungan yang terpelihara). Oleh sebab itu pada perayaan Pentakosta tahun ini, GKJ Cilacap menggali makna yang “hilang” dalam perayaan Pentakosta tersebut. Selanjutnya makna yang “hilang” itu kita gunakan sebagai bahan pembinaan bagi jemaat tentang bagaimana mereka menghargai lingkungan dan menerima perbedaan yang ada.

Pembinaan makna penting Pentakosta bagi jemaat GKJ Cilacap kita sampaikan melalui rangkaian dan unsure-unsur liturgi yang dipakai dalam kebaktian. Ibadah diawali oleh para orang penari yang memasuki ruang ibadah dengan membawa “simbol-simbol kehidupan” bagi manusia; yaitu air, tanah, api, udara dan rumpun padi. Tarian yang dipakai adalah Tari Merak yang telah dimodifikasi. Mengapa tari merak? Merak mewakili spesies unggas/burung (meski tidak bisa terbang) yang juga pernah dilepaskan oleh Nuh (merpati) dari bahtera dan merpati tersebut kembali dengan membawa sehelai daun zaitun yang segar, tanda bahwa air sudah surut dan ada kehidupan (Kej 8:11). Kemudian dijelaskan tentang makna dari masing-masing simbol tersebut yang berguna bagi manusia tetapi sekaligus dapat menjadi kekuatan yang luar biasa menghancurkan ketika manusia tidak bersahabat dengan lingkungan.

Lagu-lagu dan litani yang dipakai dalam kebaktian tersebut juga mengandung makna penghargaan terhadap segala makhluk yang bernafas dan penghargaan akan keunikan manusia. Lagu yang dinyanyikan pun tidak saja diambil dari buku nyanyian rohani, tapi juga dari populer diantaranya “Lestari Alamku” (Gombloh) dan “Heal The World” (Michael Jackson). Demikian juga lagu dari Ebiet G Ade “Berita Kepada Kawan” kita pakai sebagai background dalam penayangan video yang saya rangkai dari hasil download via internet. Video yang saya rangkai bertemakan tentang keserakahan dan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan dan akhirnya tuaiannya adalah bencara alam dan bencara kemanusiaan. Saya merasakan jemaat sangat antusias dalam mengikuti ibadah Pentakosta kali ini, tidak ada kebosanan dan tetap semangat dengan liturgi kreatif yang saya siapkan. Dan pada akhir ibadah, semangat mereka semakin bertambah, mereka menyanyikan dengan antusias sekali. Lagu dari Michael Jackson mengakhiri ibadah Pentakosta yang penuh dengan semangat curahan Roh Kudus ini, “Heal The World”.

“Luar biasa pak Pendeta, ibadah kali ini memberikan warna baru dalam peribadahan kita”, komentar ibu Nur Ciptaningsih. Dan komentar pak Heru; “wah kalo sering-sering begini (ibdah dengan liturgi kreatif) ibdah di gereja semakin anget dan sumuk”. Dan terlihat memang kursi-kursi di dalam gereja dan tambahan kursi sewaan di luar gedung gereja terisi semua bahkan sampai pada duduk di taman depan gereja. Ada sekitar 450 orang jemaat yang hadir dalam ibadah Pentakosta minggu ini, biasanya kehadiran jemaat dalam ibadah Minggu pagi sekitar 250-300 orang. Dengan perhatian dan tanggapan yang baik dalam ibadah-ibadah kreatif yang akhir-akhir ini diselenggarakan di GKJ Cilacap mendorong majelis dan jemaat untuk semakin bersatu dalam tugas-tugas pelayanan bersama.

Menilik dari sejarah Pentakosta di dalam Perjanjian Lama dan Pentakosta dalam Perjanjian Baru, paling tidak kita bisa belajar tentang dua (2) hal, yaitu;

1. Perayaan Pentakosta dalam Perjanjian Lama berkaitan dengan pesta panen, dimana hasil panen tersebut menjadi sarana bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia. Manusia bisa berhasil panen kalau kondisi alam dan lingkungan terjaga dengan baik serta dipelihara. Panen akan gagal jikalau manusia tidak bersahabat dengan alam atau bahkan merusak alam ini. Dengan demikian perayaan Pentakosta mengandung arti bahwa umat yang merayakan Pentakosta harus mau memperhatikan dan memelihara alam sebagai penghasil rejeki/makanan bagi manusia. Konsekuensi dari hal itu adalah umat harus mulai menghargai dan memelihara alam lingkungan pemberian Tuhan ini, bahkan umat Tuhan yang merayakan Pentakosta wajib untuk memulihkan alam pemberian Tuhan ini jikalau ditemukan kerusakan di dalamnya.

2. Perayaan Pentakosta dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan perayaan perbedaan. Pada peristiwa Pentakosta para rasul mendapat karunia Roh Kudus sehingga mereka mampu berbicara dalam berbagai bahasa (segala bahasa di dunia waktu itu, Kisah Rasul 2:9-11). Hal ini menunjukkan bahwa Allah memperhatikan semua bangsa yang hadir di Yerusalem waktu itu, Allah menghargai dan menerima segala perbedaan yang ada di antara manusia. Lebih dari itu curahan Roh Kudus diberikan kepada segala bangsa yang hadir pada waktu itu. Oleh karena itu, jemaat yang merayakan Pentakosta harus berbuat hal yang sama, yakni merayakan dan menghargai perbedaan yang ada dalam jemaat Tuhan (khususnya di GKJ Cilacap).

Berpijak dari makna diatas (menurut saya) maka perayaan Pentakosta pada hari Minggu 31 Mei 2009 kita memadukan dua (2) makna tersebut dalam liturgi ibadah. Ibadah Pentakosta kali ini diwarnai dengan hal yang terkait dengan lingkungan (ekologi) dan keberagaman (heterogenitas). Semuanya itu akan bermuara pada satu tujuan yang mulia yaitu memulihkan ciptaan Allah melalui keberagaman jemaat yang diikat oleh curahan kuasa Roh Kudus. Selamat Hari Pentakosta. AMIN.


SEKILAS TENTANG PENTAKOSTA

Kata "pentakosta" berasal dari kata Yunani "pentekostes" (yang bersangkutan dengan kata Sansekarta: panca). Kata Yunani itu berarti "yang kelimapuluh", yakni hari yang kelimapuluh. Pentakosta adalah suatu perayaan dari agama Yahudi dahulu (dan sekarang) yang diambil alih (dengan dirubah maknanya) oleh agama kristen. Umat Kristen baru pada pertengahan atau akhir 2 Masehi mulai merayakan Pentakosta sebagai perayaan Kristen. Pesta itu menjadi perayaan peringatan akan turunnya Roh Kudus atas jemaat Kristen di Yerusalem, sebagaimana yang diceritakan Kis 2, pada hari kelimapuluh sesudah Yesus (pada hari Paskah) bangkit dari alam maut.Dalam Perjanjian Lama perayaan Pentakosta disebut "hari raya panen" (Pengk 23:16). Dan inilah nama yang tertua. Kemudian dinamakan "pesta/perayaan pekan-pekan (Pengk 34:22; Im 23:15-17; Ul 16:10; 2Taw 8:13).


A. Hari Pentakosta dalam Perjanjian Lama

Dalam Imamat 23:16 "lima puluh hari" mulai dihitung dari persembahan berkas jelai pada permulaan hari raya Paskah. Dimana Paskah dalam PL adalah hari raya untuk memperingati kuasa Tuhan atas pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

Pada hari ke-50 setelah Paskah dirayakanlah Hari Pentakosta. Karena 50 hari = 7 minggu, hari itu juga disebut "khag syavu'ot" / Hari Raya Tujuh Minggu (Keluaran 34:22, Ulangan 16:9). Hari Pentakosta tersebut menandakan selesainya menuai jelai yang dihitung mulai dari sejak pertama kalinya menyabit gandum (Ulangan 16:9), dan waktu imam mengunjukkan berkas tuaian itu "pada hari sesudah Sabat itu" (Imamat 23:11). Hari Pentakosta disebut juga "khag haqqatsir" / Hari Raya Menuai dan "yon habbikkurim" / Hari Buah Bungaran (Keluaran 23:16, Bilangan 28:26). Hari Pentakosta tidak hanya dirayakan pada zaman Pentateukh, bahkan hingga zaman Salomo pun Hari Pentakosta masih dirayakan (2 Tawarikh 8:13) sebagai hari raya kedua dari ketiga pesta tahunan (bandingkan Ulangan 16:16). Tiga hari raya besar yang diperingati bangsa Israel adalah: Hari Raya Roti Tidak Beragi (Paskah), Hari Raya Tujuh Minggu (Pentakosta), dan Hari Raya Pondok Daun.

Hari Pentakosta dalam Perjanjian Lama diumumkan sebagai:

1. Hari Pertemuan Kudus (Imamat 23:21)

Pada hari tersebut tidak boleh dilakukan pekerjaan berat, dan semua laki-laki Israel harus hadir di tempat kudus (Imamat 23:21). Pada hari itu dua buah roti bakar, yang dibuat dari tepung halus yang baru dan beragi, diunjukkan oleh imam di hadapan Allah, pada saat imam mempersembahkan korban-korban binatang untuk menghapus dosa dan memperoleh keselamatan (Imamat 23:17-20).

2. Hari Bersukaria (Ulangan 16:15)

Pada hari itu orang Israel saleh mengungkapkan rasa terima kasihnya karena berkat tuaian gandum dan sekaligus menyatakan rasa takut dan hormat kepada Yahweh (Yeremia 5:24).


B. Hari Pentakosta dalam Perjanjian Baru

Dalam PB, Hari Pentakosta berubah maknanya setelah terjadi peristiwa yang mengherankan, dimana Roh Kudus turun memenuhi para rasul di Yerusalem (Kisah Rasul 2:1-13). Sesudah kebangkitan dan kenaikan Kristus (sekitar tahun 30M), persis pada hari Pentakosta yang diperingati seperti dalam zaman PL, murid-murid berkumpul di sebuah rumah di Yerusalem, dan Roh Kudus turun atas mereka dengan tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat: "tiupan angin keras" dan "lidah-lidah seperti nyala api" (Kisah Rasul 2:2-3). Selanjutnya, para rasul mulai berkata-kata dalam berbagai bahasa asing dari orang-orang yang juga berkumpul di Yerusalem. Sehingga orang banyak yang sedang berkumpul itu dapat mengerti karena para rasul berbicara dalam bahasa daerah mereka masing-masing tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kisah Rasul 2:5-13).

Kedatangan Roh Kudus adalah pemenuhan nubuat Yohanes (Lukas 3:15-16) dan janji Yesus Kristus (Lukas 24:49). Petrus menyatakannya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Rasul 2:16-21) dan suatu bukti dari kebangkitan Kristus sendiri (Kisah Rasul 2:32-36). Ia mempersatukan orang-orang yang percaya menjadi satu kelompok, memberinya suatu pemersatu yang sebelumnya tidak mereka miliki, dan memberi mereka keberanian untuk menghadapi ancaman dan siksaan (Kisah Rasul 2:4,Kisah Rasul 4:8,31, Kisah Rasul 6:8-15). Selanjutnya, peristiwa turunnya Roh Kudus inilah yang diperingati oleh orang-orang Kristen sebagai Hari Pentakosta. Kita juga sering menyebut perayaan Pentakosta sebagai hari Kelahiran Gereja.

4 komentar:

Dare To Succeed mengatakan...

Roh Kudus akan memberikan kekuatan bagi GKJ Cilacap untuk mulai berbagi berita keselamatan keselamatan di dalam Yesus Kristus.

Blogger IDN mengatakan...

Selamat Hari Pentakosta,
Kiranya karya Roh Kudus selalu mewarnai setiap perjalanan hidup dan kehidupan kita, hingga pada saatnya nanti kita bersama Bapa di Sorga, Amien.

Anonim mengatakan...

Pak Pdt., blognya padha numpuk tuh tulisannya...lagi sibuk sekolah neh...

Anonim mengatakan...

Pak Pdt., blognya padha numpuk tuh tulisannya...lagi sibuk sekolah neh...