BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

25 Maret 2011

"SUPAYA SEMUA HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA""

“Supaya Semua Hidup Dalam Damai Sejahtera”

Lukas 10:1-12

Proses Pemanggilan Pendeta II di GKJ Cilacap sedang berlangsung dengan berbagai tanggapan dan harapan. Salah satu yang menjadi perbincangan hangat adalah tentang kesiapan Pendeta I, Pdt. Yosafat AW (Pdt. YAW). Salah satu pertanyaan yang terlontar: “Apakah Pdt. YAW sudah siap dan iklas didampingi oleh Pendeta II nantinya?”. Pertanyaan ini wajar, mengingat jika dalam satu komunitas ada dua “pemimpin” biasanya muncul konflik. Konflik…bukankah ini suatu yang bisa terjadi dimana saja dan dipicu oleh siapa saja, sebab itu perlu kedewasaan dan penguasaan diri semua pihak, pun dalam keluarga besar GKJ Cilacap. Tujuan yang hendak kita capai dalam proses pemanggilan pendeta II adalah supaya semua hidup dalam damai sejahtera, bukan kekacauan dan perpecahan.

Belajar dari Lukas 10:1-12, Tuhan Yesus menunjuk tujuh puluh (70) orang murid dan mengutus mereka berdua-dua ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya. Pengutusan ke banyak kota dan tempat tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa cukup luas dan banyak “tuaian” yang harus “dituai”. “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah…supaya Ia mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu(ay.2)”, Firman tersebut menyatakan bahwa banyak orang yang perlu mendapat perhatian dan pelayanan keselamatan namun sangat terbatas pelayan yang ada. Sebab itu Tuhan Yesus menambah dan melibatkan murid-muridNya (70 orang) untuk menyatakan Injil Kerajaan Allah yaitu Damai Sejahtera bagi lebih banyak orang di banyak tempat.

Tujuan Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh (70) orang murid ke setiap kota dan tempat sangat jelas, yaitu supaya setiap orang mendapat dapat merasakan Kerajaan Allah yakni damai sejahtera. “Damai sejahtera bagi rumah ini” (ay.5) dan “Kerajaan Allah sudah dekat”(ay.9) merupakan berita yang harus dibawa oleh murid-murid Yesus sambil mereka menyatakan kemuliaan Tuhan dengan menyembuhkan penyakit-penyakit yang ada.

Sebuah pertanyaan menarik, mengapa Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh (70) murid secara berdua-dua? Berdua-dua mereka diutus untuk menyatakan Kerajaan Allah yakni Damai Sejahtera, karena itu selama mengemban tugas pengutusan secara berdua-dua mereka terlebih dahulu belajar bagaimana bisa hidup damai sejahtera dengan rekan sepelayanannya. Jika mereka berdua mampu hidup damai maka dengan sendirinya mereka sudah memberitakan Kerajaan Allah yakni Damai Sejahtera dari Allah.

Pengutusan murid-murid secara berdua-dua tidak akan mengalami kegagalan jika mereka tetap mengutamakan berita yang harus mereka sampaikan yaitu supaya semua hidup dalam damai sejahtera. Jika selama dalam pelayanan pengutusan mereka memikirkan kepentingan pribadi tentulah bukan damai sejahtera yang mereka bawa tetapi perselisihan. Sangat mungkin dalam melaksanakan tugas pengutusan dan pelayanan mereka mempunyai tata cara atau tehnik yang berbeda, misalnya; jalur mana yang akan ditempuh untuk pergi ke kota yang hendak dituju, bisa berbeda dan bisa jadi timbul konflik antar mereka berdua.

Rencana pemanggilan pendeta II di GKJ Cilacap dilaksanakan berdasarkan kenyataan bahwa “tuaian”, yakni lingkup kebutuhan pelayanan dan jumlah jemaat yang terus berkembang namun dengan “pekerja” yang terbatas. Oleh karena itu jika Tuhan melalui jemaatNya di GKJ Cilacap berkehendak menambah pelayan jemaat, pendeta, sudah semestinya mendapat dukungan dan doa. Pdt. YAW menyadari akan keterbatasannya dalam pelayanan karena itu suatu sukacita jika Tuhan melalui jemaatNya berkenan menambahkan rekan sepelayanan. Kehadiran dan keberadaan dua (2) pendeta jemaat menjadi ujian bagi kita semua untuk tetap berpegang pada tujuan agar semua hidup dalam damai sejahtera.

Satu pertanyaan baru bagi kita, “Apakah kita siap untuk menerima dan memfasilitasi pelayanan dua (2) orang pendeta dengan tetap mengusahakan hidup dalam damai sejahtera?”. Kiranya Tuhan menolong kita. (yaw).

07 Maret 2011

RABU ABU DAN MASA PRA-PASKAH


Dalam agama kristen tradisi barat (termasuk Katolik Roma dan Protestan), Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah. Ini terjadi pada hari Rabu, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum hari Jumat Agung..

Pada hari ini umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuno di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan (misalnya seperti dalam Kitab Ester 4:1, 3). Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan." Biasanya pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."

Pada abad ke-4, Paskah dihitung sejak Jumat Agung, sehingga akhir masa Pra-Paskah adalah Kamis Putih. Awal masa Pra-Paskah ditentukan dengan menghitung mundur sebanyak 40 hari tanpa memperhitungkan hari Minggu. Namun Gereja dan umat Kristen pada abad tersebut merayakan awal masa Pra-Paskah tetap pada hari Minggu Pra-Paskah pertama, sehingga tidak genap 40 hari tetapi 36 hari. Baru pada abad ke-6, masa Pra-Paskah dimulai sejak hari Rabu (baru disebut sebagai “Rabu Abu” pada abad ke-13. Ingat: Gereja pecah menjadi Protestan dan Katolik pada abad ke-16 atau tahun 1517).

Angka 40 diambil dari beberapa kisah Alkitab, yaitu sebagai lambang masa pengujian dan persiapan. 40 hari lamanya Musa berada di Gunung Sinai (Kel 34:28); 40 tahun lamanya umat Israel di padang gurun; 40 hari penduduk Niniwe berpuasa menyesali dosa (Yun 3:1-10); 40 hari Tuhan Yesus berpuasa sebelum memulai karya-Nya (Mat 4:2). Berdasarkan kisah-kisah tersebut, Gereja menyusun masa persiapan Paskah.

Rabu Abu menjadi hari pertama pembukaan masa Pra-Paskah, masa di mana kita diajak untuk menghayati makna pertobatan, introspeksi diri, pendekatan diri kepada Tuhan, dan berpuasa. Penggunaan abu sebagai lambang dari kefanaan manusia (Kej 3:19; 18:27), penyesalan dan pertobatan (Yos 7:6; 2 Sam 13:19; Est 4:3; Ayb 2:12; Yes 58:5-7; Yeh 27:30; Dan 9:3; Yun 3:6; bnd. Yl 2:12-13; Mrk 1:15) berangsur-angsur baru terjadi pada akhir abad ke-11 hingga ke-13 dan terbatas sebagai ritus/ibadah.

APA ITU RABU ABU?

Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Mengapa pada Hari Rabu Abu kita menerima abu di kening kita? Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yunus 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Ester 4C:13). Bapa Pius Parsch, dalam bukunya "The Church's Year of Grace" menyatakan bahwa "Rabu Abu Pertama" terjadi di Taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata: "Ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu" atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil".

Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada Hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama empat puluh hari serta menaburi mereka dengan abu. Kemudian sementara umat mendaraskan Tujuh Mazmur Tobat, orang-orang yang berdosa berat itu diusir dari gereja, sama seperti Adam yang diusir dari Taman Eden karena ketidaktaatannya. Mereka tidak diperkenankan masuk gereja sampai Hari Kamis Putih setelah mereka memperoleh rekonsiliasi dengan bertobat sungguh-sungguh selama empat puluh hari. Sesudah itu semua umat, baik umum maupun mereka yang baru saja memperoleh rekonsiliasi, bersama-sama mengikuti ibadah untuk menerima abu.

Sekarang semua umat menerima abu pada Hari Rabu Abu. Yaitu sebagai tanda untuk mengingatkan kita untuk bertobat, tanda akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.

APA ITU MASA PRAPASKAH?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kita boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: "NIAT" dan "USAHA". Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan "roh memang penurut, tetapi daging lemah". Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari dan berdoa secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwa kita!

MENGAPA MASA PRAPASKAH BERLANGSUNG SELAMA 40 HARI?

Pada awalnya, empat puluh hari masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai Hari Minggu Palma. Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang Sengsara Tuhan.

Makna empat puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum (Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari (Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan serangan pertamanya yaitu rasa lapar. Serangan yang sama digunakannya juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi, padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.

Selama Masa Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).

MENGAPA KITA BERPUASA?

Ada banyak tujuan seseorang berpuasa mulai dari tujuan "sepele" (pengin langsing) sampai pada tujuan ketajaman spiritual. Paling tidak ada beberapa tujuan da manfaat seseorang berpuasa, diantaranya;

1. Berpuasa mempertajam mata rohani kita - membantu kita melihat apa yang Tuhan lihat.

2. Berpuasa berarti semakin serupa dengan Kristus, yang sering kali berpuasa.

3. Berpuasa adalah cara yang baik guna mengingatkan kita untuk berdoa, sebagai ganti makan.

4. Berpuasa membantu kita mengurangi berat badan dan merasa tetap bugar.

5. Berpuasa berarti menghemat uang (membeli lebih sedikit makanan!)

6. Berpuasa berarti menghemat waktu (melewatkan waktu makan!) di mana semua orang serba sibuk dan tidak punya waktu luang.

7. Berpuasa membuat kita merasa bahagia (jika kita melewatkan hari puasa dengan berhasil.)

8. Berpuasa meningkatkan rasa disiplin diri sehingga kita dapat berbuat lebih banyak kebaikan kepada sesama.

RABU ABU DAN MASA PRA-PASKAH GKJ CILACAP

Tahun ini tepatnya besok hari Rabu tanggal 09 Maret 2011 kita kembali di undang untuk merayakan ibadah Rabu Abu. Kita akan memasuki masa Prapaskah untuk menghayati akan kefanaan kita dan menghayati pengorbanan Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Selama masa Pra-Paskah diseyogyakan setiap jemaat mengambil bagian dalam puasa dan berpantang menurut cara dan teknis masing-masing. Bagaimanakah saudara akan mengambil sikap dalam menyambut masa prapaskah tahun ini?

Kiranya Tuhan menolong saudara. AMIN.

Pdt. Yosafat AW, S.Si, M.Min

*Dari berbagai sumber.