BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

22 April 2009

HARI BUMI

HARI BUMI - EARTH DAY 2009

Tepat tanggal 22 April 2009 kali ini, kita semua merayakan Hari Bumi. Hari ini, tiga puluh tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 22 April 1970, hari Bumi untuk pertama kalinya diselenggarakan di Amerika Serikat, atas prakarsa seorang senator, Gaylord Nelson. Embrio gagasan Hari Bumi dimulai sejak ia menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969, tentang desakan untuk memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup, dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model teach in mengenai masalah anti perang. Gagasan Nelson mendapat dukungan yang mencengangkan dari masyarakat sipil.

Hari Bumi yang pertama ini di Amerika Serikat merupakan klimaks perjuangan gerakan lingkungan hidup tahun 60-an untuk mendesak masuk isu lingkungan sebagai agenda tetap nasional. Kini peringatan Hari Bumi telah menjadi sebuah peristiwa global. Para pelaksana peringatan HARI BUMI menyatukan diri dalam jaringan global masyarakat sipil untuk Hari Bumi yakni EARTH DAY NETWORK yang berpusat di Seattle. Bila Hari Bumi ‘70 pertama paling tidak melibatkan 20 juta manusia di AS, Hari Bumi 1990 melibatkan 200 juta manusia di seluruh dunia, maka pada Hari Bumi 2000 diperkirakan terlibat 500 juta manusia di seluruh dunia dengan jargon “making history - making change”.

So..bagi kita apa makna Hari Bumi? Saya yakin deh...kalo kita-kita ini tidak begitu paham dengan hari yang kedengaran asing ini. Hari Bumi, ya itu kata yang masih asing di telinga kita. Tapi ya...sebetulnya kalo kita tidak mau tahu dan mengabaikan bumi ini berarti kita telah mengabaikan juga perintah Tuhan loh!! Ah masa sih...(mungkin pikir kalian begitu ya). Tapi mari kita lihat aja di kitab Kejadian 1 dan 2, sebelum Tuhan menciptakan manusia (kita-kita ini loh...), Tuhan terlebih dahulu menciptakan alam semesta beserta isinya dan Tuhan mengatakan "sungguh amat baik". Tuhan ungkapkan kesenangan dan pujian itu, so..sekarang pa yang ada di benak kita tentang bumi, telah kita apakan "ibu pertiwi" yang dipuji Tuhan ini? Kita remehkankah? Kita perdayakah? Kita sakitikah? or kita hancurkan? Nah lo...

Banyak orang mungkin berkata, "Alam semesta (bumi) diciptakan Tuhan kan dengan maksud untuk menjadi kesejahteraan manusia, jadi ya wajar toh kalo eksploitasi". Memang sih pendapat itu nggak salah, tapi lihat aja sekarang...alam sepertinya memusuh i manusia. Lihat saja banjir...kekeringan...longsor...angin ribut...semua itu menjadikan manusia gentar...takut! Tapi coba kita renungkan, apakah "seorang ibu" (bumi) punya niat untuk membinasakan anak-anaknya (manusia)? Seorang ibu (yang normal tentunya) tidak akan menghancurkan dan membinasakan anak-anaknya, tapi sebaliknya dia akan memberikan perlindungan dan penghidupan. Ternyata "keganasan" ibu pertiwi sering disebabkan oleh ulah anak-anak manusia yang tidak tahu diri, tidak menyadari bahwa bumi ini telah memberikan kehidupan dan kenyamanan kepada kita.

Sebab itu guys...mari kita sadari dan kita sadarkan orang lain untuk perhatikan bumi kita ini sebagai bagian yang integral dengan kita...sebagai saudari kita!. Bumi yang didalamnya kita juga bisa temukan 4 unsur penting yang menopang hidup manusia (air, tanah, api, udara) mari kita jaga jangan sampai cepat rusak yang akhirnya juga akan merusak dan menghancurkan kita. Karena itu mari kita budayakan hidup bersih dan ramah lingkungan. Kurangi hobi dan aktifitas yang memicu meningkatnya gas-gas rumah kaca, kita ganti dengan hobi dan aktifitas ramah lingkungan...hijaukan bumi...tanam lebih banyak pohon!!!

"Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu"(Kejadian 2:15). Rasanya teks tersebut harus kita gaungkan kemana dan dimana saja kita berada. Kita sadarkan saudara-saudara kita, bahwa kita punya tugas untuk menjaga keseimbangan ekologi. Tuhan memberikan tempat yang indah bagi kita untuk dapat menikmati kehidupan di bumi ini, kita ini diperbolehkan untuk mengusahakan (mengeksploitasi) bumi bagi kesejahteraan manusia...tapi jangan lupa...kita juga ditugasi untuk memeliharanya.


Nah sekarang...kalo kita ini ingin menjadi orang yang berbahagia maka lakukanlah apa yang kita dengar dari Tuhan. Usahakanlah dan Peliharalah bumi...selamat Hari Bumi. Tuhan memberkati segala makhluk....Amin. (yaw).

17 April 2009

KLENTENG

Tuh lihat....istri dan anakku, Michael, sedang di depan klenteng Tien Kok Sie di Jalan RE Martadinata Solo, tepatnya di sebelah selatan Pasar Gede, tempat ibadah bagi umat Tri Dharma (Budhisme, Taoisme dan Kong Hu Cu), dengan bentuk bangunannya yang khas. Klenteng yang persisnya terletak di Jalan RE Martadinata No 12 Solo ini ternyata sudah berdiri 263 tahun yang lalu lho...tepatnya pada tahun 1745. Klenteng yang dikenal dengan nama Klenteng Tien Kok Sie ini juga dikenal sebagai Avalokitheswara, tempat ibadah umat Tri Dharma. Bangunan Kelenteng Tien Kok Sie kental dengan arsitektur Tiongkok. Nilai sejarah kelenteng itu membuat banyak pengunjung dari luar Jawa yang singgah untuk berdoa. Bahkan waktu aku berkunjung ke klenteng itu ada beberapa orang muslim berdoa disana. ketika saya tanya pada pengurus klenteng, dia mangatakan pada saya: "Memang di klenteng ini banyak umat agama lain yang berdoa , mas juga boleh kok kalo mau berdoa disini". Wah menarik juga, tapi aku belum sejahtera untuk melakukannya. Jadi aku minta ijin untuk foto-foto aja.

Tentang asal-usul istilah klenteng tidak ada catatan resmi bagaimana istilah "Klenteng" ini muncul, tetapi yang pasti istilah ini hanya terdapat di Indonesia karenanya dapat dipastikan kata ini muncul hanya dari Indonesia. Sampai saat ini, yang lebih dipercaya sebagai asal mula kata Klenteng adalah bunyi teng-teng-teng dari lonceng di dalam klenteng sebagai bagian ritual ibadah.

Klenteng juga disebut sebagai bio yang merupakan dialek Hokkian dari karakter (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Cina.

Pada mulanya "Miao" adalah tempat penghormatan pada leluhur "Ci" (rumah abu). Pada awalnya masing-masing marga membuat "Ci" untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abu. Para dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka. Dari perjalanan waktu maka timbullah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku. Saat ini masih di dalam "Miao" masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk abu leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam "Miao" disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran Buddha.

Miao - atau Kelenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan tempat mempelajari berbagai ajaran - juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Saat ini Miao (Klenteng) bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama, termasuk bagi umat yang beragama lain. Wah...wah...sangat ideal ya...tuk tumbuhkan rasa persaudaraan and persatuan. Ngomong-omong...gereja bisa nggak ya jadi lebih terbuka kayak klenteng? Pendapatmu gimana hayoo.....?


TRINITAS PRAKTIS

MEMPERTIMBANGKAN ULANG DOKTRIN TRINITAS

DALAM KONTEKS GEREJA KRISTEN JAWA

Pdt. Yosafat AW, S.Si

I. PENDAHULUAN

Trinitas sebagai warisan iman Kristen telah begitu panjang melalui perjalanan dalam kehidupan iman orang-orang percaya disepanjang abad dan jaman. Doktrin Trinitas telah menyertai dan mewarnai kehidupan gereja dari jaman ke jaman berikut dengan tantangan-tantangan khasnya. Meski doktrin ini telah puluhan bahkan ratusan kali ditentang dan diserang oleh berbagai ajaran yang popular pada jamannya, tetapi eksistensi dan kelanggengan doktrin Trinitas tidak pernah suram maupun padam.

Eksistensi dan kelanggengan doktrin ini tidak lepas dari campur tangan Tuhan sendiri Sang Pemilik esensi doktrin ini. Tetapi juga karena kegigihan bapa-bapa gereja dalam memahami, mengimani, mempelajari, mengajarkan, mempertahankan, serta mewariskan kepada generasi penerus gereja hingga menjadikan doktrin ini tidak lekang oleh waktu.

05 April 2009

Minggu Palmarum GKJ Cilacap

Minggu Palmarum GKJ Cilacap

“Hosana…hosanna…hosanna…” demikian teriakan jemaat sambil melambaikan daun palem dalam arak-arakan Minggu Palmarum di GKJ Cilacap minggu 5 April 2009 jam 07.00 WIB. Sebagaimana dirayakan oleh gereja-gereja, Minggu Palmarum mempunyai arti khusus dalam rangka persiapan Yesus Kristus menghadapi kematian di kayu salib. Dengan masuknya Yesus Kristus ke Yerusalem berarti Dia bersedia untuk menderita dan mati di atas kayu salib sebagai buah ketaatan kepada Allah Bapa. Yang dipikirkan Yesus Kristus dengan masuk ke kota Yerusalem, yang kita peringati sebagai Minggu Palmarum, adalah demi menyelamatkan manusia yang berdosa. Dengan sadar dan tulus Dia bersedia menerima “cawan” yang diberikan oleh Allah kepadaNya untuk keselamatan manusia melalui kematian di kayu salib. Namun yang dipikirkan manusia, Yesus masuk ke Yerusalem sebagai seorang Raja yang akan menyelamatkan umat Israel dari penjajahan kekaisaran Romawi serta membawa kelepasan dari berbagai bentuk tekanan hidup sehari-hari.

Kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem diartikan oleh orang banyak di Yerusalem sebagai sebuah misi politis. Dengan pengharapan yang sedemikian besar maka Yesus Kristus mendapat sambutan: “Hosana…hosanna…hosanna…diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel”. Teriakan mereka ini mengandung maksud bahwa mereka bergantung dan berharap besar kepada Yesus Kristus yang akan segera membawa umat kepada kejayaan politis dan jasmaniah.

Ketika harapan tinggi umat tidak tercapai, maka merekapun kecewa berat kepada Yesus Kristus hingga akhirnya mereka mengubah teriakannya dengan; “salibkan Dia…salibkan Dia…”. Begitu cepat, begitu mudah seseorang berbalik arah ketika harapannya tidak menjadi kenyataan, yang sebelumnya mencintai namun ketika cinta itu bertepuk sebelah tangan maka kebencian dan hujatan sebagai gantinya. Demikianlah karakter manusia…termasuk kita-kita ini kan? Ketika harapan yang kita gantungkan kepada seseorang ataupun bahkan kepada Tuhan tidak kesampaian, kita lalu kecewa, membenci dan mendendam…

Nah…untuk menghayati kesediaan dan pengorbanan Yesus Kristus untuk sengsara dan mati, maka dalam ibadah Minggu Palmarum tahun 2009 jemaat GKJ Cilacap mengadakan prosesi arak-arakan yang menggambarkan Yesus Kristus masuk kota Yerusalem. Perarakan tersebut disutradarai oleh pak Teguh, ingat to dengan dia? Itu lho sang Pendekar Kipas Sakti alias sang pembakar ikan waktu kita touring ke pantai Pasir - Kebumen.

Dalam prosesi tersebut aku berperan sebagai Yesus yang masuk kota Yerusalem dengan mengendarai kuda (maklum cari keledai tidak bisa mendapatkan). Yang lebih menyenangkan lagi adalah pengkhotbah dan majelis memakai pakaian adat jawa dan jemaat dihimbau untuk memakai pakaian batik (ini namanya…nguri-uri kabudayan jawi). Ternyata perarakan dalam Minggu Palmaru ini mendapat sambutan yang sangat antusias dari jemaat…padahal baru pertama kali diadakan di GKJ Cilacap. Hal itu dapat dilihat dari kehadiran jemaat yang sampai luber…jemaat membawa daun palem yang disarankan…trus 99% jemaat pakai pakaian batik.

Wah…ternyata naik kuda itu enak lho meski sebentar aja, apalagi aku pakai beskap. Susah tapi menyenangkan…jadi ingat waktu nikahan dulu…dan memang Minggu Palmarum 5 April 2009 ini merupakan hari ulang tahun pernikahanku yang ke-6. Jadinya kaya mantenan lagi lho…tapi busananya tok lho ya…aku pakai beskap putih yang biasa dipakai manten. Kata bu Sarkoro, perias kami; “Tuhan Yesusnya biar beda dengan murid-muridnya”. Ketika aku perhatikan wajah-wajah jemaat yang ikut bersorak-sorai dalam perarakan hampir semua kelihatan giginya…alias senyum lebar. Tapi aku nggak tahu apa yang ada dalam benak mereka. Mungkin saja mereka terkesan dengan prosesi arak-arakan dengan menggunakan pakaian adat jawa plus kuda yang ikut memeriahkan perarakan Minggu Palmarum. Tapi mungkin juga wajah-wajah cerah mereka karena terkagum-kagum dengan pangeran ganteng yang naik kuda…he..he…boleh dong PD dikit.

Untuk melengkapi nuansa jawa supaya lebih terasa, maka ketika arak-arakan dimulai gending-gending gamelanpun mengiringi perakakan kami. Begitu pula sebagian lagu dalam ibadah diiringi dengan gamelan, dimana mereka dilatih oleh bapak Sutarno dengan nyanyian KPK. Maka jadilah perpaduan yang harmonis antara musik modern dengan musik tradisional, antara selera muda dan selera tua, tapi itu semua malah menambah kemeriahan dan keunikan ibadah Minggu Palmarum.

Setelah selesai ibadah Minggu Palmarum ada beberapa orang ibu-ibu berkomentar; “wah…ibadah kali ini ada suasana yang beda lho, suasana terasa lebih tenang dan jemaat terlihat lebih sungguh mengikuti ibadah”. Sebatas pendengaranku tidak ada tanggapan miring dari majelis ataupun jemaat berkaitan dengan ibadah Minggu Palmarum dengan arak-arakan menggunakan pakaian adat serta menggunakan kuda. Hal ini aku anggap sebagai lampu hijau untuk mengadakan bentuk-bentuk ibadah dan liturgi alternatif yang dapat digunakan oleh jemaat sebagai media untuk lebih menghayati karya penyelamatan Yesus Kristus. Akhirkata, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati pelayanan kita. (yaw).

04 April 2009

Our Wedding Day

Ahhh...ternyata dah 6 tahun kami nikahan. Sabtu 5 April 2003 kami terima pemberkatan nikah di GKJ Margoyudan Solo, kayaknya baru kemarin...baru sak nyuk'an. Apalagi bunga-bunga melati yang ada di foto itu masih ada di kamar kami meski dah mengering...ring, tapi semoga aja cinta kasih kami tidak mengering...amin...amin...amin...he..he...
Doain kami ya, supaya Tuhan Yesus Kristus selalu memberkati kami dengan damai dan sejahteraNya sekarang and selamanya. Tentu untuk pelayanan juga, supaya tetap semangat and saaabaaarrr....
Sorry ya...fotonya kurang jelas, maklum foto jadul...diambil pakai HP jadul pula...